Sekarang ini sedang ramai di bicarakan yaitu salah satu menteri Kabinet Kerja 2014-2019 di pemerintahan Jokowi – JK yaitu Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, banyak orang yang memandang sebelah mata karena beliau hanya lulusan SMP serta penampilan beliau yang tomboy, merokok dan bahkan tato yang ada di kaki beliau banyak sekali di komentari baik oleh orang berpendidikan tinggi, tokoh agama maupun masyarakat luas, Jokowi tentu tidak main-main dalam memilih beliau karena percaya dapat bekerja dan sangat mengetahui kebutuhan nelayan dan kelautan RI.
Selain Susi
Pudjiastuti, masih ada juga beberapa orang sukses di Indonesia yang tidak
memiliki ijazah perguruan tinggi, bahkan ijazah SMP/SMA, berikut beberapa
contohnya mungkin bisa member kita inspirasi, ijazah bukan suatu harga mati
untuk sukses:
1. Bob
Sadino
Bob Sadino lahir di Lampung, 9 Maret 1939 atau akrab dipanggil om Bob,
adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan
peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam
banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan
celana pendek yang menjadi ciri khasnya.
Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman.
Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya,
Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan dengan upah harian Rp100.
Suatu hari, seorang teman menyarankan Bob memelihara dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik dan mulai mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual telur-telurnya dari pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam negeri belum populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli oleh ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang, serta beberapa orang Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri. Namun seiring berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin berkembang. Bob kemudian melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Selain memperkenalkan telur ayam negeri, ia juga merupakan orang pertama yang menggunakan perladangan sayur sistem hidroponik di Indonesia.
2. Andrie
Wongso
Andrie Wongso lahir Desember 1954. Ia terlahir dari sebuah keluarga
miskin di kota Malang. Di usia 11 th (kelas 6 SD), terpaksa harus berhenti
bersekolah karena sekolah mandarin tempat andrie kecil bersekolah ditutup. Maka
SDTT, Sekolah Dasar Tidak Tamat, adalah gelar yang disandangnya saat ini. Masa
kecil hingga remajanya pun kemudian dilalui dengan membantu orang tuanya
membuat dan berkeliling berjualan kue ke toko-toko dan pasar. Andrie Wongso
adalah motivator asal Indonesia, yang lebih dari 20 tahun berkiprah sebagai pengusaha
sukses.
Kemauannya untuk berbagi semangat, pengalaman dan kebijaksanaan, dengan
gaya bahasa yang sederhana tetapi full power kepada begitu banyak orang,
membuat dirinya dinyatakan sebagai The Best Motivator Indonesia atau Motivator
No. 1 Indonesia dari Kompas. Tetapi beliau lebih suka disebut "Sang
Pembelajar".
3. Basrizal
Koto
Basrizal Koto atau sering disebut Basko lahir di Kampung Ladang, Pariaman
dari pasangan Ali Absyar dan Djaninar. Masa kecilnya sangatlah getir, dimana
Basko sempat merasakan hanya makan sehari sekali, di mana untuk makan
sehari-hari saja sang ibu harus meminjam beras ke tetangga.
Ayahnya hanyalah bekerja sebagai buruh tani yang mengolah gabah. Meski sempat bersekolah hingga kelas lima SD, Basko akhirnya berkesimpulan bahwa kemiskinan harus dilawan bukan untuk dinikmati. Atas seizin ibunya, diapun memilih pergi merantau ke Riau dibanding melanjutkan sekolah.Basko yang panjang akal dan visioner mengawali usahanya dengan berjualan pete.Kemahirannya berkomunikasi, membangun jaringan, menepati janji, dan menjaga kepercayaan akhirnya membawanya sukses menaklukan kemiskinan, membangun kerajaan bisnis, dan menciptakan lapangan kerja.
Jumlah perusahaan yang dikelolanya kini mencapai 15 perusahaan dan sejak 2006 dia juga terjun ke bisnis penambangan batu bara di Riau, menyediakan jasa TV kabel dan Internet di Sumatra.Beberapa perusahaan yang masuk dalam MCB Group miliknya adalah PT Basko Minang Plaza (pusat belanja), PT Cerya Riau Mandiri Printing (percetakan), PT Cerya Zico Utama (properti), PT Bastara Jaya Muda (tambang batubara), PT Best Western Hotel (Hotel Basko), dll. Proyek terakhir yang tengah digarapnya adalah pendirian Best Western Hotel dengan 198 kamar. Sebuah hotel bintang empat plus yang tengah di bangun di Padang, Sumatra Barat.
4. Eka
Tjipta Widjaja
Eka Tjipta |
Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang sarjana, doktor, maupun gelar-gelar
yang lain yang disandang para mahasiswa ketika mereka berhasil menamatkan
studi. Namun beliau hanya lulus dari sebuah sekolah dasar di Makassar. Hal ini
dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus merelakan
pendidikannya demi untuk membantu orang tua dalam menyelesaikan hutangnya ke
rentenir. Saat baru pindah ke Makassar, Eka Tjipta Widjaja memang mempunyai
hutang kepada seorang rentenir dan setiap bulan dia harus mencicil hutangnya
tersebut.
Eka Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal bisnis dan kehidupannya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melfie Pirieh Widjaja dan mempunyai 7 orang anak. Anak-anaknya adalah Nanny Widjaja, Lanny Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, dan Meilay Widjaja. Eka Tjipta Widjaja dikenal sebagai orang yang banyak mempunyai istri atau poligami.
Dalam hal bisnis, Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang yang unggul dalam mengembangkan bisnis yang telah dia rintis. Ini terbukti dengan hasil karyanya dalam membangun bisnis di Indonesia ini. Ia sudah menekuni dunia bisnis sejak dia masih berumur sangat muda yaitu umur 15 tahun. Ia mengawali karir bisnisnya itu hanya dengan bermodalkan sebuah ijasah SD yang dimilikinya. Dia berjualan gula dan biskuit dengan cara membelinya secara grosir kemudian dia jajakan secara eceran dan hal tersebut bisa mendapatkan untung yang lumayan.
Namun bisnisnya itu tak bertahan lama karena adanya pajak yang besar pada saat itu karena Jepang menjajah Indonesia. Pada tahun 1980, ia memutuskan untuk melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung, beliau juga membeli mesin dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit.
Bisnis yang dia bangun berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun 1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh. Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai merintis bisnis bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13 milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun rupiah. Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas. Hal ini dibuktikan dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga membangun ITC Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak ketinggalan pula ia bangun Ambassador di Kuningan.
Eka Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal bisnis dan kehidupannya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melfie Pirieh Widjaja dan mempunyai 7 orang anak. Anak-anaknya adalah Nanny Widjaja, Lanny Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, dan Meilay Widjaja. Eka Tjipta Widjaja dikenal sebagai orang yang banyak mempunyai istri atau poligami.
Dalam hal bisnis, Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang yang unggul dalam mengembangkan bisnis yang telah dia rintis. Ini terbukti dengan hasil karyanya dalam membangun bisnis di Indonesia ini. Ia sudah menekuni dunia bisnis sejak dia masih berumur sangat muda yaitu umur 15 tahun. Ia mengawali karir bisnisnya itu hanya dengan bermodalkan sebuah ijasah SD yang dimilikinya. Dia berjualan gula dan biskuit dengan cara membelinya secara grosir kemudian dia jajakan secara eceran dan hal tersebut bisa mendapatkan untung yang lumayan.
Namun bisnisnya itu tak bertahan lama karena adanya pajak yang besar pada saat itu karena Jepang menjajah Indonesia. Pada tahun 1980, ia memutuskan untuk melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung, beliau juga membeli mesin dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit.
Bisnis yang dia bangun berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun 1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh. Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai merintis bisnis bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13 milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun rupiah. Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas. Hal ini dibuktikan dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga membangun ITC Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak ketinggalan pula ia bangun Ambassador di Kuningan.
5. Soedono
Salim
Soedono Salim
atau Liem Sioe Liong adalah termasuk orang Tionghoa asli (bukan peranakan)
dimana ia dilahirkan di Fukien, Tiongkok pada tanggal 19 Juli 1916. Ia memiliki
saudara tua bernama Liem Sioe Hie dimana pada 1922 telah berimigrasi ke
Indonesia. Ketika itu negara Tiongkok sangatlah miskin dan mereka banyak yang
berimigrasi ke negara Asia Tenggara khususnya Malaysia dan Indonesia untuk
mencari penghidupan yang lebih baik. Akan tetapi proses imigrasinya tidaklah
semudah saat ini. Mereka harus naik kapal layar dimana waktu tempuhnya hingga 1
bulan bahkan tak sedikit yang harus kehilangan nyawa sebelum sampai Indonesia
karena diterjang badai besar. Maka dari itu hingga ada lagu yang berbunyi
“Nenek moyangku seorang pelaut”.
Kembali
lagi ke cerita Liem Sioe Liong. Kakaknya yang telah berimigrasi ke Indonesia
kemudian menempati Kudus. Kakaknya sering mengirim kabar bahwa Asia Tenggara
khususnya Indonesia adalah gudang harta karun kerajaan-kerajaan Eropa sehingga
sangat menjanjikan untuk hidup lebih baik disini ketimbang tetap di Tiongkok.
Apalagi saat itu ada kabar bahwa Jepang akan menyerang Cina.
Dengan tekad
baja, Liem Sioe Liong kecil menyusul kakaknya di Kudus. Ia berangkat dengan
menumpang kapal Belanda yang akan ke Indonesia. Liem menginjakkan kaki di
Indonesia sebulan kemudian jadi ia terombang ambing di lautan selama sebulan.
Kudus saat itu terkenal sebagai kota penghasil rokok sehingga sering membutuhkan
tembakau dan cengkeh dalam jumlah sangat banyak.
Liem melihat
peluang ini dan menawarkan diri untuk menyuplai kebutuhan cengkeh tersebut.
Liem sangat terlatih akan pekerjaan itu yaitu sebagai supplier cengkeh bahan
baku rokok. Liem pun sering mencari jalan belakang agar keuntungan yang didapat
berlipat yaitu menyelundupkannya lewat jalur Maluku, Sumatra, Sulawesi Utara,
Singapura dan akhirnya Kudus. Liem mendapatkan untung besar sekali dari
cengkeh. Ia kemudian merambah bisnis tekstil. Ia membeli tekstil murah dari
Shanghai dan menjualnya kembali di Indonesia. Liem memang terkenal piawai
mencari sumber dagangan murah.
Ketika
tinggal di Kudus, Liem jatuh cinta pada seorang wanita asal Lasem. Wanita itu
temasuk keturunan orang berada terbukti si wanita tersebut bersekolah di
Sekolah Belanda Tionghoa. Liem pun mengajukan lamaran tetapi sang ayah tak
setuju karena takut jika anak perempuannya akan dibawa ke Tiongkok. Liem
punmeyakinkan bahwa itu tidak akan terjadi. Sang ayah pun akhirnya setuju dan
mereka akhirnya menikah. Acara pernikahannya digelar sangat meriah hingga
menghabiskan 12 hari. Untuk menjaga kepercayaan mertua, Liem pun semakin giat
bekerja. Usahanya semakin maju.
Ketika Jepang
menjajah Indonesia tahun 1944, usaha Liem mengalami kemunduran hingga akhirnya
bangkrut. Selain itu Liem juga mengalami musibah yang lain yaitu kecelakaan
mobil. Mobil Liem masuk jurang yang membuat seluruh penumpang tewas kecuali
Liem. Namun Liem harus merasakan koma selama 2 hari.
Setelah
kondisi fisiknya pulih dan kondisi politik serta keamanan negara terkendali,
Liem memutuskan untuk memboyong keluarganya ke Jakarta. Ia pun mulai membangun
kembali bisnisnya.
Ketika era
Soeharto, Liem adalah salah satu orang terdekatnya sehingga sering mendapat
kemudahan dalam hal bisnis. Ketika itu dikenal istilah The Gang of Four yaitu
empat orang pengusaha yang selalu kompak diantaranya yaitu Soedono Salim,
Sudwikatmono, Djuhar Susanto dan Ibrahim Risjad. Mereka kemudian mendirikan CV
Waringin Kentjana dimana Liem Sioe Liong sebagai chairman dan Sudwikatmono
sebagai CEO nya.
Empat orang
ini kemudian mendirikan pabrik tepung terigu terbesar di INdonesia yaitu PT
Bogasari dimana dananya didapat dari pinjaman pemerintah. Bogasari adalah
perusahaan swasta, bukan BUMN namun Bogasari mendapatkan fasilitas melebihi
perusahaan BUMN seperti punya pelabuhan sendiri dimana kapal-kapal yang
mengangkut atau ada hubungannya dengan terigu bisa langsung merapat ke pabrik. Dengan
kemudahan dari pemerintah seperti ini, Bogasari bisa memonopoli kebutuhan
terigu di tanah air.
Sukses dengan Bogasari, the gang of four kemudian mendirikan pabrik semen di bekas kantor Bogasari yang sudah tak terpakai lagi yaitu di jalan Asemka, Jakarta dimana luasnya hanya 100 m2 kala itu.
The Gang of
Four ini kemudian mendirikan PT Indocement Tunggal Perkasa dimana sama seperti
Bogasari yaitu memonopoli kebutuhan semen di Indonesia. Karena kekuatannya
dalam memonopoli dan mendekati penguasa, kelompok ini juga dijuluki Tycoon of
Cement.
Ekspansi
usaha selanjutnya adalah di bidang properti dimana The Gang of Four ini
menggandeng Ciputra yang kemudian mendirikan real estate PT Metropolitan
Development dimana karya-karyanya adalah Perumahan Mewah Pondok Indah dan Kota
Mandiri Bumi Serpong Damai.
Om Liem
memang orang yang cerdik. Ia sadar bahwa dirinya sedang dimudahkan oleh
penguasa dan ia benar-benar menggunakan itu untuk membuatnya kuat serta membuat
bisnisnya besar dan menggurita bukannya malah dibuai dengan kemewahan, Om Liem
justru lebih bekerja keras. Kerajaan bisnisnya semakin dikembangkannya. Sektor
permobilan pun digarapnya dengan membentuk PT Indomobil.
Tak
ketinggalan bidang perbankan juga digarap oleh Liem Sioe Liong. Bersama Mochtar
Riyadi Om lIem membuka BCA (Bank Central Asia) dimana dikemudian hari bank ini
telah menjadi bank swasta terbesar kedua di Indonesia dengan total asset
sebanyak 99 juta dolar.
Kerajaan
bisnis Liem Sioe Liong meliputi Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA,
Indomaret, Indomarco, PT Mega, Bank Windu Kencana, PT Hanurata, dan PT Waringin
Kencana dan lain-lain dimana kesemua bidang usaha ini bernaung dibawah
organisasi bisnis Salim Group.
Dalam masa
keemasan ini Om Liem pun dinobatkan sebagai orang terkaya se Indonesia dan Asia
bahkan ia masuk dalam daftar 100 orang terkaya dunia dimana sampai saat ini
belum ada lagi orang Indonesia yang bisa menempati urutan 100 orang terkaya
dunia.
6. Sukanto Tanoto
Sukanto
Tanoto atau Tan Kang Hoo dilahirkann pada tanggal 25 Desember 1949 di Belawan,
Sumatra Utara. Beliau adalah pendiri sekaligus pemimpin grup konglomerasi Raja
Garuda Mas dimana nilai hartanya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollr AS. Dengan
nilai kekayaan setinggi itu membuat Sukanto Tanoto ditasbihkan sebagai orang
terkaya nomor 5 di Indonesia versi Majalah Forbes 2006. Ia juga termasuk dalam
1000 orang terkaya dunia yang menempati urutan ke 418 tahun 2012 lalu.
Suatu
prestasi yang mencengangkan bagi seorang Sukanto Tanoko mengingat latar
belakangnya yang bukan berasal dari keluarga kaya. Sukanto adalah anak dari
seorang penjual minyak dan onderdil mobil di daerah asalnya. Sukanto adalah
anak pertama dari tujuh bersaudara. Mengingat posisinya sebagai sulung inilah
menjadikan Sukanto sering disuruh membantu ayahnya selepas sekolah.
Ia juga
anak yang paling sering mendapat pukulan rotan dari ibunya yang terkenal sangat
keras dalam mendidik anak-anaknya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena
ia anak tertua dan harus bisa menjadi pemimpin bagi saudaranya yang lain
sehingga jika ada kesalahan sedikit saja langsung rotan yang menghampiri.
Alasan kedua adalah karena sifat keras kepala Sukanto yang kadang sulit diatur,
mungkin sifat ini diwarisinya dari sang ibu. Namun justru sifat inilah yang
menjadikan modal bagi Sukanto meraih sukses hingga sekarang ini.
Masa kecil
Sukanto dihabiskan di tanah kelahirannya, Sumatra Utara. SD ia masuk di sekolah
di Belawan, baru SMP ia bersekolah agak jauh dari rumahnya yaitu di Medan.
Sukanto memiliki hobi membaca sejak kecil. Ia sering membawa –bawa buku kemana
saja ia pergi. Di sela – sela membantu sang ayah, saat sedang santai ataupun
menunggu sesuatu. Banyak buku dilahapnya terutama tentang revolusi Amerika dan
perang dunia. Dari membaca, wawasannya tentang hidup dan dunia menjadi semakin
luas. Kebiasaan membaca ini dibawanya hingga saat ini, ketika ia sudah sesukses
sekarang.
Sejak kecil
cita-cita Sukanto adalah menjadi Dokter. Hingga dewasa ia masih menyematkan
panggilan dokter didepan namanya. Dokter Sukanto. Begitu ceritanya sewaktu
kecil. Namun ketika usianya menginjak 18 tahun, sang ayahnya yang bernama Amin
Tanoto yang sudah terkena stroke meninggal dunia sehingga Sukanto yang sebagai
anak sulung harus mau menggantikan ayahnya meneruskan usaha berjualan minyak
dan onderdil mobil.
Pupus sudah
harapan Sukanto untuk menjadi dokter. Iapun rela menerima suratan takdir. Dari
situlah Sukanto belajar apa itu hidup, belajar apa itu bisnis, termasuk belajar
cara survive dalam hidup walau sesulit apapun keadaannya. Menurut Sukanto,
“Jika saya jadi bersekolah kedokteran maka saya akan menjadi dokter, tetapi
hidup tak selalu seprti apa yang direncanakan.”
Sukanto sadar
bahwa jika ia ingin maju, maka dirinya harus mau berhijrah ke kota. Maka
Sukanto pun bertekad pindah dari Belawan ke Medan yang lebih ramai penduduknya
dan lebih menjanjikan untuk suksesnya sebuah bisnis.
Di Medan, ia
juga berjualan onderdil mobil yang kemudian merubah usahanya menjadi General
Contractor & Supplier. Suatu hari, Sukanto didatangi oleh seseorang yang
bernama Syam yang memintanya untuk ikut bekerja sama untuk pekerjaan
kontraktor. Sukanto yang kala itu masih berumur 20 tahunan ya mau-mau saja
ditawari hal seperti itu. Pekerjaannya adalah membangun rumah, memasang AC,
pipa, traktor, dan membuat lapangan golf di Prapat, Pangkalan Brandan, Sumatra
Utara. “Itu adalah technical school saya,” jawabnya. Belakangan Sukanto tahu
bahwa seseorang yang bernama Syam yang menemuinya tempo hari adalah seorang pejabat
Pertamina.
Sukanto
adalah tipe orang yang keras dan taktis. Ia sangat pandai membaca peluang.
Suatu waktu impor kayu lapis menghilang dari pasaran. Tentu saja hal ini
membuat pebisnis perumahan yang sangat membutuhkan kayu tersebut menjadi susah.
Sukanto pun melihatnya sebagai peluang. Ia berfikir, mengapa Indonesia
mengimpor kayu lapis padahal Indonesia kan penghasil kayu terbesar se dunia.
Sukanto lalu membuat perusahaan kayu di Medan yang bernama CV Karya Pelita pada
tahun 1972. Di saat orang belum melirik bisnis ini, Sukanto telah masuk
kedalamnya dan itu membuat dirinya menjadi pioner dan tentu saja menjadi pemain
utama di bisnis ini. “Saya itu pioner,” katanya. Kayu lapis yang diberi merk
Polyplex itupun laku keras di pasaran bahkan di ekspor ke berbagai negara
seperti Inggris dan Timur Tengah.
Dalam satu
tahun, badan hukum bisnisnya yang semula bernama CV Karya Pelita berubah
menjadi PT Raja Garuda Mas dengan dirinya sebagai direktur utama.
Dalam
memenangkann kompetisi bisnis, Sukanto memiliki jurus cerdas yaitu masuk dan
menguasai sebelum orang lain melirik. Kalau perlu melakukan edukasi pasar.
Selain ia terapkann di bisnis kayu lapis, ia juga menerapkan prinsip ini di
bisnis kelapa sawit. Ketika itu belum ada yang menjalankan bisis ini kecuali
orang asing yang jumlahnya segelitir saja. Sukanto pun lalu masuk dan
menguasainya. Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit besar-besaran di Sumatra.
Sukses dengan
kayu lapis dan kelapa sawit, Sukanto pun lalu masuk dalam bisnis pulp, kertas
dan rayon. Ia lalu membuat PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang menghasilkann
ketiga barang itu. Sukanto juga menyediakan dan menjual bibit unggul pohon
pembuat pulp untuk kebutuhan domestik. Tak ada gading yang tak retak. Begitulah
pepatah yang pantas untuk mengungkapkan nasib Sukanto. Walaupun sebelumnya telah
berpengalaman dalam membesarkan bisnis namun ada saja batu sandungan dalam
hidupnya. PT IIU ditentang oleh masyarakat dan pemerhati lingkungan karena
dianggap sebagai penyebab rusaknya ekosistem danau Toba. Danau terbesar di
INdonesia tersebut mengalami pencemaran berat akibat limbah pulp. Iapun
terpaksa menutup bisnisnya ini.
Dari situ
Sukanto memetik pelajaran yang sangat berharga sekali untuk langkahnya
kemudian. “Apa yang saya pelajari dari situ lalu saya pakai di Riau,” ujarnya.
Di Riau Sukanto mendirikan pabrik pulp lagi yang bernama PT Riau Pulp. Ia juga
membuka Hutan Tanaman Industri yang mampu menghasilkan pulp hingga menjadi
perusahaan penghasil pulp terbesar se dunia. Itulah Sukanto, gagal di Danau
Toba namun sukses besar di Riau.
Sukanto
memang rajanya di bisnis perkebunan akan tetapi ia tak puas diri hanya di area
tersebut. Ia pun kemudian menjajal bisnis perbankan yaitu dengan mengambil alih
mayoritas saham United City Bank ketika bank tersebut mengalami kesulitan
finansial.
Sukanto kemudian merubah nama bank tersebut menjadi Unibank. Sukanto
juga menjajal peruntungannya di bidang properti. Ia membangun Uni Plaza,
Thamrin Plaza di Medan.
Tak puas
menguasai pasar dalam negeri, Sukanto melebarkan sayap bisnisnya ke luar
negeri. Ia menanamkan uangnya di perkebunan kelapa sawit National Development
Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina dan electro Magnetic di Singapura
juga ikut memiliki pabrik kertas di Cina. Namun pabrik kertas yang di Cina
kemudian di jual untuk memperbesar PT Riau pulp.
Agar lebih luas
lagi cakupan bisnisnya di luar negeri, maka mulai tahun 1997 Sukanto beserta
keluarganya pindah untuk bermukim di Singapura dan menempatkan pusat bisnisnya
di sana juga. Tujuan utamanya, menurut dia, “Bagaimana kita bisa memanfaatkan
keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia.” Sukanto adalah
pebisnis Indonesia yang berhasil menjadi investor di 10 negara di dunia.
Sukanto yang
menguasai bahasa Inggris dan Cina ini sangat senang belajar. Sukanto selalu
meluangkan waktu untuk mengikuti berbagai kuliah kilat seperti mengikuti kursus
di Insead, Paris, di MIT, di samping tetap jadi peserta Lembaga Pendidikan dan
Pemibinaan Manajemen, Jakarta. Sukanto pun tak segan mengambil cuti dua atau
tiga minggu hanya untuk pergi ke Harvard, Tokyo, London School of Economic,
untuk meng-update pengetahuan. Terakhir, 2001 lalu, ia mengikuti Wharton
Fellows Program, Amerika, selama enam bulan, untuk belajar dotcom.
7. Susi Pudjiastuti
"Beliau (Susi Pudjiastuti) memulai usaha dari jualan ikan di TPI (tempat pelelangan ikan)," kata Presiden Joko Widodo di Jakarta, Minggu (26/10/2014).
Menurut Presiden Jokowi, sosok Susi Pudjiastuti juga merupakan wirausaha pekerja keras yang berhasil membangun usahanya dari nol.
Presiden juga mengingatkan bahwa keberhasilan usaha yang dirintis Susi antara lain dalam jasa perhubungan dan maritim.
Untuk itu, Jokowi juga meyakini bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan akan dapat banyak melakukan perbaikan kebijakan.
Berdasarkan ensiklopedia dunia maya Wikipedia, Susi Pudjiastuti yang dilahirkan pada 15 Januari 1965 merupakan Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product (eksportir hasil-hasil perikanan) dan PT ASI Pudjiastuti Aviation (maskapai penerbangan Susi Air).
Hingga awal tahun 2012, Susi Air memiliki 32 pesawat dengan berbagai tipe seperti Cessna Grand Caravan, 9 Pilatus PC-06 Porter, dan 3 Piaggio P180 Avanti. Susi Air mempekerjakan 180 pilot, dengan 175 di antaranya merupakan pilot asing.
Pada masa lalu, Susi yang hanya memiliki ijazah SMO itu terpaksa berhenti sekolah dan mengawali profesinya sebagai pengepul ikan di Pangandaran hingga dapat mendirikan pabrik pengolahan ikan pada 1996.
Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan masih segar.
Susi saat pelantikan menteri |
Di tempat terpisah, praktisi sektor perikanan dan kelautan menilai bahwa penunjukan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan adalah sebuah kejutan bukan hanya karena perempuan, melainkan juga latar belakangnya sebagai profesional dan pekerja keras.
"Beliau adalah figur pengusaha sukses yang berangkat dari bawah. Beliau tahu persis soal perikanan," kata DR Ir Hasanuddin Atjo, MP, Ketua Perkumpulan Pengusaha Udang Indonesia (Shrimp Club Indonesia) wilayah timur Indonesia, di Palu, Minggu (26/10/2014) malam.
Selain di Indonesia di dunia juga banyak orang sukses yang tidak lulus kuliah atau menempuh pendidikan tinggi hingga selesai dan mereka tidak kalah sukses dengan orang-orang yang berpendidikan tinggi. Berikut ini adalah 8 pengusaha dunia yang sukses tanpa ijazah. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Walt Disney
Walt Disney & beberapa tokoh ciptaannya |
Setelah DO dari sekolah pada usia 16 tahun, karir Walt Disney menanjak. Dia hobi menggambar dan mencoba membuat beberapa kartun animasi. Hasilnya karya animasinya ternyata sangat disukai. Animasinya terkenal sangat disukai dan cukup kocak - beberapa karyanya seperti donald duck, micky mouse dll. Walt Disney meraih banyak penghargaan untuk pencapaiannya itu, sekarang penghasilan perusaan walt disney ini mencapai 30 miliar dolar pertahun.
2. Henry Ford
Hnery Ford |
Pada usia 16 tahun, henry ford meninggalkan rumah untuk bekerja sebagai seorang mekanik, atau montir. Dari pengalaman yang ia miliki, ia kemudian melakukan percobaan membuat dan mendisain mobil hingga akhirnya berdirilah Perusahan Motor Ford yang memproduksi mobil. Kesuksesan pertama ford adalah mobil model T-nya.
3. Bill Gates
Bill Gates |
4. Steve Jobs
Steve Jobs dengan gaya khasnya |
5. Mary Kay Ash
Mary Kay Ash |
Beliau adalah pendiri Perusahan Mary Kay Inc. Dia merintis usaha di bidang bisnis kosmetik. Kenyataannya adalah bahwa si Kay ini tidak pernah mengikuti pendidikan perkuliahan ataupun mengikuti kegiatan training atau pelatihan, tapi ternyata hal ini tidak menjadi hambatan ia berusaha. Mary Kay sukses menciptakan brandnya sendiri yang cukup terkenal di seluruh dunia. Bisnis ini mungkin belum masuk di Indonesia, tapi di berbagai belahan dunia, sekarang banyak sekali jutaan wanita yang menjalankan bisnis Mary Kay, menjual produk kosmetik.
6. Richard Branson
Richard Branson |
Beliau adalah seorang yang terkenal dengan taktik bisnis yang super dahsyat. Beliau adalah seorang konglomerat inggris bergelar Sir Richard Charles Nicholas Branson. Dia drop out dari sekolahnya di usianya yang saat itu baru 16 tahun. Setelah keluar dari sekolah, Richard branson memulai bisnisnya yang pertama dalam dunia tulis menulis dengan mendirikan Majalah Student. Kemudian dia mengekspansi bisnis ke dunia audio-recording, sampai akhirnya dia menjadi pendiri dan pemilik brand Virgin dan 360 perusahaan yang membawahinya. Richard sekarang menjadi orang terkaya urutan ke 261 versi majalah Forbes.
7. Simon Cowell
Simon Cowell |
Simon Cowell awalnya bekerja di ruang surat menyurat untuk perusahaan penerbitan musik. Karena perjalanan karirnya, dia sekarang telah menjadi eksekutif A & R (Artis dan Repertoar) untuk Sony BMG Inggris, dan juga sebagai produser sekaligus juri untuk berbagai kontes seperti American Idol, British Got Talent, American Got Talent dll. Pasti kalian sudah pernah lihat orangnya, itu lho yang suka komentar paling pedas kalau ngomentarin performance para idol.
8. Michael Dell
Michael Dell |
Dari kisah sukses orang-orang diatas yang tidak memiliki ijazah pendidikan tinggi kita bisa belajar bahwa mereka bekerja keras bahkan harus lebih keras dan gigih dari orang yang berpendidikan tinggi, mereka tidak pernah menyerah, jeli mencari peluang bisnis, memiliki visi dan misi, memiliki perencanaan yang baik serta terus belajar untuk lebih sukses dari membaca, kursus, belajar dari orang lain maupun autodidak.
Untuk kalian yang ingin belajar tentang perencanaan keuangan bisa membaca disini juga bisa konsultasi gratis
Sumber: Repost dari berbagai situs blog & berita
Apakah Anda perlu pinjaman tanpa jaminan untuk mendirikan sebuah bisnis atau pinjaman untuk renovasi dan banyak lagi, pencarian tidak lebih, kami adalah perusahaan yang sah dan pada tingkat bunga rendah dari 2% dan bersedia untuk meminjamkan jumlah yang Anda ingin meminjam dan membuat tahun ini yang berhasil untuk Anda. Mohon mengisi data pinjaman ini di bawah ini dan menghubungi kami melalui email perusahaan kami: gloryloanfirm@gmail.com.
ReplyDeleteNama lengkap: _______________
Negara: __________________
Sex: ______________________
Umur: ______________________
Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
Durasi Pinjaman: ____________
Tujuan pinjaman: _____________
Nomor ponsel: ________
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com